MAKSUD & TUJUAN PERGURUAN
Maksud dan tujuan perguruan adalah agar dapat menghasilkan manusia Indonesia di masa depan yang berkepribadian nasional dan yang mempunyai watak/sifat harmonis, dinamis dan patriotis
KEPRIBADIAN HARMONIS
Kepribadian yang seimbang, selaras dan serasi di dalam rnemfungsikan dirinya baik secara individual, sosial , maupun secara nasional
KEPRIBADIAN DINANIS
Kepribadian yang selalu berorientasi ke depan tanpa meninggalkan nilai-nilai yang mendasarinya, kreatif dan berpikir secara positif.
KEPRIBADIAN PATRIOTIS
Kepribadian yang rnempunyai watak dan peri1aku sebagai warga negara yang baik dan tanggung jawab terhadap kewajibannya.
Ketiga sifat/watak tersebut di atas dengan berwawasan nasional, akan menumbuhkan sifat/watak yang berkepribadian nasional.
SIFAT / WATAK
Empat sikap, watak dan perilaku yang harus ditumbuhkan dan yang merupakan amanat Sang Guru adalah : Pertama : rasa jujur dan welas asih Kedua : percaya pada diri sendiri Ketiga : keserasian dan keselarasan dalarn kehidupan sehari-hari Keempat : menghayati dan mengamalkan sikap itu agar menimbulkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Menurut silsilahnya dapat diuraikan sebagai berikut: Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pangeran Prabu Mangkurat Ingkang Jumeneng Ing Kartosuro
Grat I : BPH. Adiwidjojo
Grat II : PH. Singosari
Grat III : RA. Djojoredjoso
Grat IV : RM. rekso Widjojo
Grat V : R. Bongso Djojo
Grat VI : Djo. Permono
Grat VII : RM. Wongso Widjojo
Grat VIII : Saring Hadi Poernomo (Sang Guru)
Grat IX : Poerwoto HP dan Budi Santosa HP (guru Besar-Pewaris)
Grat I, mempunyai saudara BP. Amangkurat Amral
Grat III, membuat jalan Margoyoso, dalam legenda menjadi demang Margoyoso
Grat IV, mendirikan perguruan yang pelaksanaannya dikembangkan oleh 3 orang puteranya/keturunannya, yaitu :
Gagak Samodra, mendirikan perguruan di Gunung Jeruk (Peg. Menoreh)
Gagak Handoko, mendirikan perguruan di daerah Bagelen, yang akhirnya pindah ke daerah utara P. Jawa.
Gagak Seto, mendirikan perguruan di daerah sekitar Magelang (Jawa Bagian Tengah).
Gagak Handoko mengembara di daerah timur Pulau Jawa melalui/menyelusuri Pantai Selatan hingga sampai di daerah G. kelud dengan tujuan mempelajari dan mengetahui keadaan daerah, disamping itu juga mencari dua saudaranya yang terpisah. Di dalam pengembaraannya, beliau menyamar sebagai Ki Bagus Kerto.
Sebelum beliau mengembara, Perguruan Gagak Handoko yang didirikan di Gunung Jeruk telah berkembang dengan cepat. Dan sepulang dari pengembaraannya, dimana beliau tidak berhasil menemukan dua saudaranya, maka beliau melanjutkan pengembangan perguruan yang telah lama ditinggalkan.
Beliau sadar akan usia ketuaannya tang tidak sanggup lagi melanjutkan pengembangannya, maka beliau memberi mandat penuh dan amanat kepada keturunannya yang pada silsilah termasuk dalam Grat V, yaitu R. Bongso permono ing Ngulakan Wates, untuk melanjutkan perkembangan perguruan. Dan setelah Gagak Handoko menyerahkan tumpuk kepemimpinan perguruan beliau lalu pergi menyepi/bertapa hingga sampai meninggalnya di G. jeruk.
Dalam kepemimpinan R. Bongso Permono, perkembangan perguruan semakin suram/mundur, R. bongso Permono sadar akan keadaan itu. Maka setelah menurunkan ilmunya kepada keturunannya, beliau mengikuti jejak ayahnya mencari kesempurnaan. Keturunannya itu bernama R.M. Wongso Widjojo.
Pada masa kepemimpinan R.M. Wongso Widjojo, perguruan juga tidak dapat berkembang seperti yang diharapkan ayahnya, oleh karena tidak mempunyai keturunan, maka beliau mengambil murid yang kebetulan dalam keluarga masih ada hubungan cucu yang bernama R. Saring Siswo Hadi Poernomo. Yang selanjutnya masuk dalam garis keturunan ke VII (Grat VIII). Perlu diketahui pula, bahwa ajaran perguruan tersebut sebenarnya kurang lengkap, maka beliau tidak segera mengembangkan/menurunkan kepada keturunannya, akan tetapi berusaha keras menelaah dan menjabarkan ilmu tersebut lalu menuangkan dalam gerakan silat dan tenaga tersimpan yang ada di naluri suci. Tidak berhenti di situ saja, beliau juga berusahamencari kelengkapannya, yaitu dari aliran Gagak Samodra dan Gagak seto. Akan tetapi beliau belum berhasil menemukan langsung, hanyanaluri beliau, bahwa dua aliran yang punya materi sama tersebut mengembangkan ilmu di daerah pantai utara P. Jawa dan bagian tengah P. Jawa.. Hasil dari pengembangan ilmu tersebut lalu diturunkan kepada puteranya Mas Poerwoto HP dan adiknya Mas Budi Santosa HP.
Sekitar tahun 1960 Bapak Saring HP aktif membina kedua puteranya yang menguasai ilmu beladiri Mataram yang kemudian Merpati Putih, kedua putera sekaligus merupakan pewaris termuda dikenal dengan panggilan Mas Poeng dan Mas Budi.
Pada tahun 1962 kedua putera beliau medapat amanat dari Sang Guru agar ilmu beladiri yang sebelumnya merupakan milik keluarga itu disebarluaskan kepada umum demi kepentingan bangsa. sejak inilah ilmu beladiri Mataram yang kemudian di kenal sebagai Merpati Putih dikenal masyarakat berkat usaha yang keras dan tekun dari kedua putera Sang Guru Saring Hadi poernomo, yang tidak segan-segan turun langsung menangani latihan atau dengan wejangan-wejangan yang pada dasarnya untuk membangkitkan gairah dan perkembangan Merpati Putih.
Tahun 1968 kedua putera Sang Guru sebagai pucuk pimpinan menjadi motor untuk mencoba mengembangkan sayap menjadi lebih lagi dengan dibentuknya cabang pertama Madiun Jawa Timur. Selanjutnya pihak militer juga mulai ditembus dan berhasil. dari hasil peragaannya mendapat kehormatan melatih seksi I Korem 072 dan Batalyon 403/Diponegoro di Yogyakarta. Ketika itu suasana memasuki era Orde baru.
Pada Tahun 1969 atau tepatnya 2 april 1969 Sang Guru Sarengat Hadipoernomo wafat, Keadaan ini sampai membuat para anak murid yang sedang semangat dalam pengembangan perguruan berduka. Namun diambil hikmahnya oleh para murid sebagai cambuk untuk menggugah perkebangan Merpati Putih menjelang kedewasaannya.
Tahun 1973 melalui perkenalan-perkenalan sebelumnya dengan pihak AKABRI Merpati Putih mendapat undangan untuk diadakan penelitian dari segi-segi yang menyangkut metode latihan yang diselenggarakannya. Penelitian di AKABRI udara ditangani langsung oleh tenaga-tenaga ahli, antara lain Prof. Dr. Achmad Muhammad Guru Besar Fakultas Kedokteran UGM dibantu beberapa ahli lainnya dari AKABRI udara sendiri. Hasilnya menggembirakan dan ini mendorong pengembangan yang lebih luas wawasan Merpati Putih.
Di ibu kota Jakarta pada tahun 1976 setelah dilakukan pendekatan berhasil mendapat kehormatan melatih para anggota Pasukan Pengawal Presiden (PasWalPres). Tahun 1977 komisariat cabang Jakarta dibentuk. Dan pada tahun inipun Merpati Putih mendapat peluang melatih para anggota Koppasandha di Cijantung sampai para anggota Kopassandha sanggup memperagakan keahliannya pada kemeriahan acara peringatan HUT ABRI 5 Oktober 1978. selanjutnya dari tahun ke tahun Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih berkembang di tanah air malahan mendapatkan tempat di berbagai kalangan sebagai salah satu kebudayaan bangsa yang patut dibanggakan.
Sampai saat ini PPS Betako Merpati Putih telah mempunyai Cabang/Calon Cabang di berbagai Propinsi dan tersebar di berbagai kota di Indonesia.
Sumber : Buletin MP Yogya No. 4/Juni 1993
Sang Guru Merpati putih adalah Bapak Saring Hadi poernomo
Amanat Sang Guru :
Seorang Anggota MERPATI PUTIH haruslah mengemban amanat Sang Guru yaitu :
Memiliki rasa jujur dan welas asih
Percaya pada diri sendiri
Keserasian dan keselarasan dalam penampilan sehari-hari
Menghayati dan mengamalkan sikap itu agar menimbulkan Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Guru Besar
Guru Besar sekaligus Pewaris Ilmu Merpati Putih dari Sang Guru adalah Mas Poerwoto Hadi Poernomo (Mas Pung) dan Mas Budi Hadi Poernomo
Beliau mendapat mandat dari Sang Guru untuk mengembangkan Perguruan Merpati Putih
Merpati Putih Adalah Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong yang bernaung di bawah Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI). Organisasi berdiri sejak 2 April 1963 dengan pusat organisasi di Jakarta, sedangkan pusat keilmuan di Jogjakarta.Tujuannya adalah melestarikan Pencak Silat Asli hasil budidaya peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia dan turut membina watak mental pribadi anggota Merpati Putih berbudi pekerti luhur serta mengembangkan ilmu Merpati Putih demi kepentingan bangsa dan Negara Indonesia.
Tri Prasetya
1. Taat dan Percaya Kepada Tuhan Yang Maha Esa,
2. Mengabdi dan berbakti pada Nusa,Bangsa dan Negara Republik Indonesia,
3. Setia dan Taat Kepada Perguruan
Amanah Sang Guru Saring Hadi Poernomo :
1. Memiliki Rasa Jujur dan Welas Asih,
2. Percaya pada diri sendiri,
3. Keserasian dan Keselarasan dalam penampilan sehari-hari, dan
4. Menghayati dan mengamalkan sikap itu agar menimbulkan Ketakwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Merpati Putih sendiri merupakan singkatan dari Falsafah "Mersudi Patitising Tindak Pusakaning Titising Hening" yang artinya kurang lebih "Mencari Sampai Mendapatkan Tindakan yang Benar dan Tepat dengan Ketenangan"
Maksud dan tujuan perguruan adalah agar dapat menghasilkan manusia Indonesia di masa depan yang berkepribadian nasional dan yang mempunyai watak/sifat harmonis, dinamis dan patriotis
KEPRIBADIAN HARMONIS
Kepribadian yang seimbang, selaras dan serasi di dalam rnemfungsikan dirinya baik secara individual, sosial , maupun secara nasional
KEPRIBADIAN DINANIS
Kepribadian yang selalu berorientasi ke depan tanpa meninggalkan nilai-nilai yang mendasarinya, kreatif dan berpikir secara positif.
KEPRIBADIAN PATRIOTIS
Kepribadian yang rnempunyai watak dan peri1aku sebagai warga negara yang baik dan tanggung jawab terhadap kewajibannya.
Ketiga sifat/watak tersebut di atas dengan berwawasan nasional, akan menumbuhkan sifat/watak yang berkepribadian nasional.
SIFAT / WATAK
Empat sikap, watak dan perilaku yang harus ditumbuhkan dan yang merupakan amanat Sang Guru adalah : Pertama : rasa jujur dan welas asih Kedua : percaya pada diri sendiri Ketiga : keserasian dan keselarasan dalarn kehidupan sehari-hari Keempat : menghayati dan mengamalkan sikap itu agar menimbulkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Menurut silsilahnya dapat diuraikan sebagai berikut: Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pangeran Prabu Mangkurat Ingkang Jumeneng Ing Kartosuro
Grat I : BPH. Adiwidjojo
Grat II : PH. Singosari
Grat III : RA. Djojoredjoso
Grat IV : RM. rekso Widjojo
Grat V : R. Bongso Djojo
Grat VI : Djo. Permono
Grat VII : RM. Wongso Widjojo
Grat VIII : Saring Hadi Poernomo (Sang Guru)
Grat IX : Poerwoto HP dan Budi Santosa HP (guru Besar-Pewaris)
Grat I, mempunyai saudara BP. Amangkurat Amral
Grat III, membuat jalan Margoyoso, dalam legenda menjadi demang Margoyoso
Grat IV, mendirikan perguruan yang pelaksanaannya dikembangkan oleh 3 orang puteranya/keturunannya, yaitu :
Gagak Samodra, mendirikan perguruan di Gunung Jeruk (Peg. Menoreh)
Gagak Handoko, mendirikan perguruan di daerah Bagelen, yang akhirnya pindah ke daerah utara P. Jawa.
Gagak Seto, mendirikan perguruan di daerah sekitar Magelang (Jawa Bagian Tengah).
Gagak Handoko mengembara di daerah timur Pulau Jawa melalui/menyelusuri Pantai Selatan hingga sampai di daerah G. kelud dengan tujuan mempelajari dan mengetahui keadaan daerah, disamping itu juga mencari dua saudaranya yang terpisah. Di dalam pengembaraannya, beliau menyamar sebagai Ki Bagus Kerto.
Sebelum beliau mengembara, Perguruan Gagak Handoko yang didirikan di Gunung Jeruk telah berkembang dengan cepat. Dan sepulang dari pengembaraannya, dimana beliau tidak berhasil menemukan dua saudaranya, maka beliau melanjutkan pengembangan perguruan yang telah lama ditinggalkan.
Beliau sadar akan usia ketuaannya tang tidak sanggup lagi melanjutkan pengembangannya, maka beliau memberi mandat penuh dan amanat kepada keturunannya yang pada silsilah termasuk dalam Grat V, yaitu R. Bongso permono ing Ngulakan Wates, untuk melanjutkan perkembangan perguruan. Dan setelah Gagak Handoko menyerahkan tumpuk kepemimpinan perguruan beliau lalu pergi menyepi/bertapa hingga sampai meninggalnya di G. jeruk.
Dalam kepemimpinan R. Bongso Permono, perkembangan perguruan semakin suram/mundur, R. bongso Permono sadar akan keadaan itu. Maka setelah menurunkan ilmunya kepada keturunannya, beliau mengikuti jejak ayahnya mencari kesempurnaan. Keturunannya itu bernama R.M. Wongso Widjojo.
Pada masa kepemimpinan R.M. Wongso Widjojo, perguruan juga tidak dapat berkembang seperti yang diharapkan ayahnya, oleh karena tidak mempunyai keturunan, maka beliau mengambil murid yang kebetulan dalam keluarga masih ada hubungan cucu yang bernama R. Saring Siswo Hadi Poernomo. Yang selanjutnya masuk dalam garis keturunan ke VII (Grat VIII). Perlu diketahui pula, bahwa ajaran perguruan tersebut sebenarnya kurang lengkap, maka beliau tidak segera mengembangkan/menurunkan kepada keturunannya, akan tetapi berusaha keras menelaah dan menjabarkan ilmu tersebut lalu menuangkan dalam gerakan silat dan tenaga tersimpan yang ada di naluri suci. Tidak berhenti di situ saja, beliau juga berusahamencari kelengkapannya, yaitu dari aliran Gagak Samodra dan Gagak seto. Akan tetapi beliau belum berhasil menemukan langsung, hanyanaluri beliau, bahwa dua aliran yang punya materi sama tersebut mengembangkan ilmu di daerah pantai utara P. Jawa dan bagian tengah P. Jawa.. Hasil dari pengembangan ilmu tersebut lalu diturunkan kepada puteranya Mas Poerwoto HP dan adiknya Mas Budi Santosa HP.
Sekitar tahun 1960 Bapak Saring HP aktif membina kedua puteranya yang menguasai ilmu beladiri Mataram yang kemudian Merpati Putih, kedua putera sekaligus merupakan pewaris termuda dikenal dengan panggilan Mas Poeng dan Mas Budi.
Pada tahun 1962 kedua putera beliau medapat amanat dari Sang Guru agar ilmu beladiri yang sebelumnya merupakan milik keluarga itu disebarluaskan kepada umum demi kepentingan bangsa. sejak inilah ilmu beladiri Mataram yang kemudian di kenal sebagai Merpati Putih dikenal masyarakat berkat usaha yang keras dan tekun dari kedua putera Sang Guru Saring Hadi poernomo, yang tidak segan-segan turun langsung menangani latihan atau dengan wejangan-wejangan yang pada dasarnya untuk membangkitkan gairah dan perkembangan Merpati Putih.
Tahun 1968 kedua putera Sang Guru sebagai pucuk pimpinan menjadi motor untuk mencoba mengembangkan sayap menjadi lebih lagi dengan dibentuknya cabang pertama Madiun Jawa Timur. Selanjutnya pihak militer juga mulai ditembus dan berhasil. dari hasil peragaannya mendapat kehormatan melatih seksi I Korem 072 dan Batalyon 403/Diponegoro di Yogyakarta. Ketika itu suasana memasuki era Orde baru.
Pada Tahun 1969 atau tepatnya 2 april 1969 Sang Guru Sarengat Hadipoernomo wafat, Keadaan ini sampai membuat para anak murid yang sedang semangat dalam pengembangan perguruan berduka. Namun diambil hikmahnya oleh para murid sebagai cambuk untuk menggugah perkebangan Merpati Putih menjelang kedewasaannya.
Tahun 1973 melalui perkenalan-perkenalan sebelumnya dengan pihak AKABRI Merpati Putih mendapat undangan untuk diadakan penelitian dari segi-segi yang menyangkut metode latihan yang diselenggarakannya. Penelitian di AKABRI udara ditangani langsung oleh tenaga-tenaga ahli, antara lain Prof. Dr. Achmad Muhammad Guru Besar Fakultas Kedokteran UGM dibantu beberapa ahli lainnya dari AKABRI udara sendiri. Hasilnya menggembirakan dan ini mendorong pengembangan yang lebih luas wawasan Merpati Putih.
Di ibu kota Jakarta pada tahun 1976 setelah dilakukan pendekatan berhasil mendapat kehormatan melatih para anggota Pasukan Pengawal Presiden (PasWalPres). Tahun 1977 komisariat cabang Jakarta dibentuk. Dan pada tahun inipun Merpati Putih mendapat peluang melatih para anggota Koppasandha di Cijantung sampai para anggota Kopassandha sanggup memperagakan keahliannya pada kemeriahan acara peringatan HUT ABRI 5 Oktober 1978. selanjutnya dari tahun ke tahun Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih berkembang di tanah air malahan mendapatkan tempat di berbagai kalangan sebagai salah satu kebudayaan bangsa yang patut dibanggakan.
Sampai saat ini PPS Betako Merpati Putih telah mempunyai Cabang/Calon Cabang di berbagai Propinsi dan tersebar di berbagai kota di Indonesia.
Sumber : Buletin MP Yogya No. 4/Juni 1993
Sang Guru Merpati putih adalah Bapak Saring Hadi poernomo
Amanat Sang Guru :
Seorang Anggota MERPATI PUTIH haruslah mengemban amanat Sang Guru yaitu :
Memiliki rasa jujur dan welas asih
Percaya pada diri sendiri
Keserasian dan keselarasan dalam penampilan sehari-hari
Menghayati dan mengamalkan sikap itu agar menimbulkan Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Guru Besar
Guru Besar sekaligus Pewaris Ilmu Merpati Putih dari Sang Guru adalah Mas Poerwoto Hadi Poernomo (Mas Pung) dan Mas Budi Hadi Poernomo
Beliau mendapat mandat dari Sang Guru untuk mengembangkan Perguruan Merpati Putih
Merpati Putih Adalah Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong yang bernaung di bawah Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI). Organisasi berdiri sejak 2 April 1963 dengan pusat organisasi di Jakarta, sedangkan pusat keilmuan di Jogjakarta.Tujuannya adalah melestarikan Pencak Silat Asli hasil budidaya peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia dan turut membina watak mental pribadi anggota Merpati Putih berbudi pekerti luhur serta mengembangkan ilmu Merpati Putih demi kepentingan bangsa dan Negara Indonesia.
Tri Prasetya
1. Taat dan Percaya Kepada Tuhan Yang Maha Esa,
2. Mengabdi dan berbakti pada Nusa,Bangsa dan Negara Republik Indonesia,
3. Setia dan Taat Kepada Perguruan
Amanah Sang Guru Saring Hadi Poernomo :
1. Memiliki Rasa Jujur dan Welas Asih,
2. Percaya pada diri sendiri,
3. Keserasian dan Keselarasan dalam penampilan sehari-hari, dan
4. Menghayati dan mengamalkan sikap itu agar menimbulkan Ketakwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Merpati Putih sendiri merupakan singkatan dari Falsafah "Mersudi Patitising Tindak Pusakaning Titising Hening" yang artinya kurang lebih "Mencari Sampai Mendapatkan Tindakan yang Benar dan Tepat dengan Ketenangan"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar